KaltimKita.com, BALIKPAPAN - Kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 semakin merajalela di Balikpapan. Hari ini, Kamis (21/1/2021) kasus positif bertambah 124 kasus. Sebagai pintu gerbang Kaltim, Kota Minyak tidak bisa menghindar dari masifnya penyebaran Covid-19.
Dengan tambahan 124 kasus positif baru tersebut, dari 10 kabupaten/kota di Benua Etam, Balikpapan menjadi kota tertinggi dengan 8.367 kasus positif. Disusul Samarinda (7.908), Kutai Kartanegara (6.232), Kutai Timur (4.696), Bontang (2.702), Berau (1.921), Paser (1.471), Kutai Barat (1.365), Penajam Paser Utara (565), dan Mahakam Ulu (195).
Segala kebijakan telah dilakukan Pemkot Balikpapan dan Satgas Penanganan Covid-19 dalam upaya pencegahan. Salah satunya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama dua pekan, mulai 15-29 Januari. Segala aktivitas yang berpotensi berkerumum dihentikan dan kembali menerapkan jam malam.
Terbaru, aturan kembali diterapkan dengan pengetatan warga yang masuk ke Balikpapan melalui jalur darat dengan rapid test antigen. Dua posko dipastikan akan didirikan pekan ini. Satu di Jalan Soekarno Hatta Km 23 Karang Joang (Balikpapan Utara) dan Jalan Mulawarman di kawasan Teritip (Balikpapan Timur).
"Antisipasi jalur darat, dua posko akan kita dirikan. Satu di Km 23, satu lagi di Balikpapan Timur. Saya harapkan Sabtu atau Minggu ini sudah ada kegiatan di lokasi posko," kata Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Balikpapan, Rizal Effendi.
Wali kota Balikpapan dua periode ini menegaskan pembelakuan rapid antigen semata-mata untuk menekan laju penyebaran Covid-19.
"Pemeriksaan rapid test antigen nanti dilakukan secara acak. Siapa yang terjaring secara acak lalu positif, dia tidak bisa masuk Balikpapan," jelas Rizal.
Namun Rizal memastikan pemeriksaan rapid tes antigen secara acak ini tidak pungut biaya alias gratis. "Iya gratis. Tapi pemeriksaannya dilakukan dalam waktu-waktu tertentu saja," pungkasnya.
Respons bakal diberlakukannya rapid test antigen dilontarkan sejumlah sopir antarkota salah satunya, Muhammad Syamsul. Pria yang kerap bolak-balik Samarinda Balikpapan ini mengaku lega ada kejelasan pemberlakuan rapid test antigen dari pemerintah kota.
"Awal saya menolak, karena informasinya masih sepotong-sepotong di media sosiak. Kalau gratis dan dilakukan secara acak, kami setuju. Karena tidak memberatkan sopir. Sebelumnya ada informasi bayar sendiri, itu yang bikin berat," ungkap Syamsul. (lie/bie)


