Tulis & Tekan Enter
images

Makan siang anggota DPRD Kutim Kidang bersama istri keduanya Rusmini dan drivernya di tengah lahan padi. kesederhanaan kian tergambar jelas.

Sederhana Makan Siang Anggota Dewan di Tengah Lahan Kalahkan Menu Restoran Mewah, Ikan Teri Lalapan Sawi Mentah dan Berbagi Kisah Perjalanannya

Mengemban tugas penuh kesederhanaan figur perwakilan anggota dewan kutim yang satu ini? Yah siapa lagi kalau bukan anggota dewan yang berlatar belakang dan terangkat ekonomi keluarganya dari puluhan tahun menerjunkan dirinya secara turun – menurun pada lintas sektor pertanian dan perkebunan.

KALTIMKITA.COM

BENGALON – Sangat menarik mengupas habis perjalanan hidup dari sisi kepribadian anggota Dewan Kutim Masdari Kidang yang senantiasa “Insya Allah” terus berjuangan demi masyarakatnya secara amanah terutama dalam memaknai arti jabatannya sebagai anggota dewan.

Jiwa Kidang terbilang polos dan selalu tampil apa adanya tidak “neko-neko” saat dipercaya duduk di kursi empuk dan panas parlemen DPRD Kutim dalam menjalankan fungsinya terutama menyerap aspirasi masyarakat hingga pada realisasinya senantiasa berjalan lurus (lempeng).

Tidak ada yang berubah pada kehidupan Kidang saat sebelum menjadi anggota dewan hingga dipercaya masyarakat kutim duduk sebagai anggota legislatif dari partai Berkarya Kutim.

Sektor pertanian sudah menjadi bagian dalam hidupnya dan dirintis selama puluhan tahun lamanya. Kidang dapat dikatakan seorang petani, pekebun yang sukses melenggang ke kursi DPRD Kutim.

“Yah saya tidak selalu terus-terusan menyibukkan diri di lahan padi sawah, lahan padi gunung, kebun apakah itu kebun sayur mayur, sawit, jati, karet hingga gaharu termasuk rumah walet dan tambak budidaya ikan air tawar seperti emas, nila dan lele akan tetapi tetap mengutamakan turun ke masyarakat dalam menyerap segudang usulan aspirasinya yang disampaikan kepada saya untuk kemudian diperjuangkan,” terang Kidang.

 

Menu makan siang anggota DPRD Kutim Kidang tampak istrinya bersama driver lahap santap sebakul nasi putih, ikan kering (teri) dengan lalapan sayur sawi mentah jauh dari sajian rumah makan berkelas "mewah"

Memiliki berhektar-hektar lahan pertanian dan perkebunan Kidang banyak memberdayakan tenaga lokal (masyarakat) di bawah pembinaanya untuk menjadi petani handal memiliki banyak ilmu dalam pengembangannya tanpa harus kursus, sarjana pertanian akan tetapi otodidak secara alami.

Kesederhanaan kian bertambah tergambar jelas memasuki waktu makan siang, menu yang dihidangkan terbilang dari kesan sajian menu rumah makan mewah “berkelas” agar tampak elegan seperti yang  dilakukan kebanyakan para elite pejabat kelas atas pada umumnya.

Mau tahu? Sajian menu makan apa yang dihidangkan oleh istri keduanya Rusmini Kidang yaitu benar-benar selera menu rakyat kecil dan lebih tradisional tapi menyehatkan bagi stamina tubuh yaitu sebakul rotan nasi putih, ikan kering (teri) dan lalapanya sayur sawi mentah, minumnya air putih. Gambaran karakter sederhana inilah membuat para pendukung Kidang yang mengusung dan memenangkan dirinya di dewan Kutim memberikan suaranya secara totalitas kepadanya, karena figur yang mereka usung benar – benar terlahir dari masyarakat yang mungkin dulunya sering bersuara (kritis) menyikapi kebijakan-kebijakan serta usulan-usulan aspirasi yang kebanyakan terabaikan “tak didengar” serta kurang pro rakyat.

 

Rutinitas Kidang pertahankan sektor produksi benih padi lokal diolah menjadi beras asli dari Kutim mengatasi stok langka di pasaran.

“Saya selalu terbuka “fair” blak- blakan boleh ditanyakan dengan mantan bupati kami saat masih menjabat sekda Kutim kala itu bapak H Ir Ismunandar, MT. Saya belum dewan waktu itu masih membesarkan organisasi PAC Pemuda Pancasila Bengalon serta selaku dipercayakan selaku tokoh yang membidangi CSR hampir sebagian besar masyarakat di belakang saya memberikan suport dan suatu ketika saya sempat berseberangan memperjuangkan CSR masyarakat hingga pasang badan pada akhirnya sempat mendekam di ruang tahanan. Ini semua saya kisahkan ke publik demi masa depan generasi, anak, cucu, cicit kita. Dalam memperjuangkan kepentingan orang banyak membentuk mental kita menjadi keras, bersuara lantang vokal terkadang juga harus dipenjarakan. Itulah yang namanya perjuangan pengorbanan harus berdarah-darah dulu proses demi prosesnya,” beber Kidang dengan nada lantang kepada KaltimKita.com.

Selepas pasca bebasnya Kidang sebagai tahanan dapat dikatakan sebagai pejuang “politik” dirinya tidak sedikit dirundung penyesalan karena menurutnya apa yang diperjuangkan hingga rela berhadapan dengan sanksi hukum kesemuanya itu dilakukan demi membela kepentingan orang banyak. “Boleh Pak Wartawan tanyakan pernahkah saya menggebrak perusahaan dan tanpa lelah suarakan CSR... CSR... CSR...ketika direalisasikan demi kepentingan pribadi saya? Sama sekali tidak, semua bermuara atas suara masyarakat yang gerah (prihatin)  perut bumi mereka dikeruk habis-habisan tapi tidak berdampak pada kesejahteraan malah bisa sebaliknya kerusakan alam dan banjir belum lagi menyisakan kawah-kawah lobang kolam eks galian tambang yang tidak direhab kembali ditinggalkan begitu saja,” beber Kidang.

Kidang terus bercerita, suatu ketika banyak masyarakat yang mengatakan seperti ini kepada Kidang. “Sepertinya Kutim membutuhkan seorang anggota dewan yang semi preman agar apa yang kita suarakan dapat didengar. Tapi apakah saya bangga dikatakan preman tidak nandaku? Sama sekali tidak bagaimana sih imej seorang preman penuh sisi kelam dan negatifnya saya bisa dipercaya duduk selain mendapat restu dari masyarakat dan jalannya murni dari Allah SWT,” jelasnya lagi.

Dorongan Kidang berjuang dari balik kursi dewan terlahir dari putra daerah kelahiran Desa Tepian Langsat Kabupaten Kutim, tentunya ruh makam datuk, orang tua serta keluarga besar yang lebih dulu menghadap kepangkuan Allah SWT, jasadnya, ruhnya seakan senyawa dan bersatu dengan tanah Kutim, tentunya berdasarkan nasehat-nasehat pendahulu tokoh penggawa adat luhur asal kabupaten ini menginginkan wilayahnya maju dengan kemakmuran segenap masyarakatnya.

Setelah itulah kembali Kidang menjelaskan baru apa yang kita tuai penuh pengorbanan akan menuai hasil yang manis dan indah dengan catatan murni memperjuangkan kepentingan orang banyak bukan kelompoknya, rekanan kontraktor sejatinya karena alasan fee (upeti) atau sebagainya. “Belajarlah bekerja ikhlas tanpa menuntut sesuatu “embel-embel” dibelakangnya jangan sampai mengorbankan mana yang hak dan bukan terlebih mengorbankan kepentingan masyarakat yang memilih kita apakah sebagai kepala daerah hingga di DPRD Kutim. Jika masyarakatnya inginkan dikatakan sejahtera di Kutim maka mengabdilah dengan baik serta berkaryalah dengan membangun dalam memajukan,” ulasnya.

Saat bersantap makan setelah padat dengan aktivitas menggarap lahan padi gunungnya dengan merintis semak-belukar, rumput liar Kidang membawa serta tenaga 1 orang supir (driver) yang setia mengantarkan anggota DPRD Kutim saat pulang pergi Bengalon-Sangatta menuju kantor dewan kawasan kantor pemerintahan Bukit Pelangi Kecamatan Sangatta Utara. Saat lahap menyantap menu makanan sederhana di tengah lahan padi gunungnya suasana kebersamaan antar Kidang bersama istri dan sopir tanpa bersekat dan membedakan asal-usul tingkatan profesi semua sama dimatanya duduk diatas terpal menikmati makan siangnya dengan menu ikan teri dan lalapan sayuran sawi mentahnya. (*)


TAG

Tinggalkan Komentar

//