Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Semangat pelestarian budaya wastra kembali menggema dalam Lomba Motif Batik Khas Kota Balikpapan 2025. Para pengrajin dinilai berhasil menghadirkan karya bermuatan kearifan lokal, mulai dari motif rotan, ikon kota, Tugu Madinatul Iman, kelapa, hingga burung enggang. Semua unsur itu dipadukan dalam goresan motif yang merepresentasikan identitas Balikpapan.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Balikpapan, Hj. Nurlena Rahmad, mengapresiasi upaya pengrajin yang terus menciptakan karya baru meskipun proses kreatifnya tidak mudah. Ia menyebut, kreativitas para peserta terlihat dari keberanian memvisualisasikan budaya dan potensi daerah ke dalam desain batik.
“Menuangkan ide di atas kain bukan hal sederhana. Motif harus sesuai karakter kita, kearifan lokal Balikpapan. Semua peserta sudah sangat luar biasa,” ujarnya saat memberikan sambutan pada acara penilaian akhir di lantai 2 Galeri Dekranasda Balikpapan, Selasa (25/11/2025).
Menurut Nurlena, para peserta tidak hanya diuji dari sisi estetika, tetapi juga kemampuan presentasi di depan juri. Meski sempat terlihat grogi, ia menilai seluruh peserta telah menunjukkan kemampuan terbaik.
Nurlena juga menegaskan bahwa perkembangan batik Balikpapan semakin pesat setiap tahun. Tidak hanya dari sisi desain, namun juga dari penggunaan warna dan filosofi motif.
“Kami melihat potensi besar. Tahun ini 29 karya, insyaallah tahun depan bisa menjadi 50. Balikpapan tidak hanya dilihat sebagai kota minyak, tetapi juga kota yang berkarya melalui budaya,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa batik Balikpapan bukan sekadar produk seni, melainkan sumber ekonomi yang mulai memberi manfaat nyata. Ia mencontohkan penyelenggaraan Dekranas Nasional beberapa waktu lalu, di mana UMKM batik mencatat penjualan sangat tinggi.
“Pelaku UMKM batik pernah menghasilkan hingga Rp400 juta dalam satu hari saat event di Balikpapan. Ini bukti bahwa masyarakat sangat menghargai batik,” jelasnya.
Nurlena berharap seluruh pihak turut berperan dalam mempromosikan batik Balikpapan. Menurutnya, karya para pengrajin tidak boleh berhenti hanya sebatas lomba.
“Ini tugas kita bersama agar batik Balikpapan bernilai ekonomi. Jangan sampai karya luar biasa hanya tersimpan tanpa dimanfaatkan,” ujarnya.
Kendati begitu, ia mengajak seluruh pengrajin tetap semangat berkarya dengan keikhlasan dan dedikasi untuk memajukan wastra daerah.
“Batik ini lahir dari ketekunan, waktu, dan pemikiran. Ibu-ibu dan bapak-bapak pengrajin adalah aset kota Balikpapan. Karya ini harus terus dikenalkan, baik di daerah sendiri maupun nasional,” pungkas Nurlena. (lex)


