Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian (DKUMKMP) Kota Balikpapan akan umumkan enam pemenang Lomba Desain Motif Batik, pada Selasa (25/11/2025) besok. Namun sebelum pengumuman, DKUMKMP memastikan bahwa penjurian dilakukan secara terukur dan berdasarkan koridor karya seni batik.
Sebanyak 27 motif batik yang dikumpulkan di Galeri Dekranasda, kawasan BSCC Dome, Senin (24/11/2025), dinilai secara ketat dengan melibatkan tenaga ahli nasional, agar memastikan kualitas karya yang dilombakan benar-benar mencerminkan karakter batik asli.
Kabid DKUMKMP Kota Balikpapan, Fenti menegaskan, proses penjurian dilakukan oleh tiga juri berkompeten dengan memiliki latar belakang berbeda. Ketiga juri tersebut yaitu, perwakilan dari Balai Batik Yogyakarta, juri dari Provinsi Kalimantan, serta juri internal Balikpapan.
"Tim juri menilai sejumlah aspek, antara lain originalitas desain, keunikan motif, hingga variasi pola yang menjadi ciri khas batik Balikpapan," jelas Fenti, Senin (24/11/2025).
Sementara itu, salah satu juri, Agus Haerudin, Tenaga Ahli Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) DIY Yogyakarta, menjelaskan bahwa seluruh aspek penilaian disepakati bersama oleh tiga dewan juri dan dilakukan dengan standar profesional.
Agus menyebutkan bahwa kriteria penilaian mencakup unsur estetika, ketegasan garis, kerapian visual, serta keaslian batik sebagai aspek terpenting. Menurutnya, perbedaan antara batik asli dan produk printing menjadi titik krusial yang diawasi para juri.
“Kami memastikan karya yang dinilai merupakan batik asli, bukan tiruan. Karena tujuan kegiatan ini adalah menghidupkan dan mengembangkan UMKM batik di Balikpapan, maka yang harus kita angkat adalah karya batik asli,” tegasnya di lokasi penilaian.
Agus menambahkan, dalam proses penjurian, keaslian batik ditentukan melalui pengamatan langsung terhadap teknik produksi. Para juri meneliti tapak canting, jejak khas yang terbentuk pada batik tulis, cap, atau kombinasi keduanya.
Ia menegaskan, tenaga ahli dapat membedakan secara visual antara tapak canting dan tapak screen yang menjadi ciri batik printing. Warna tidak menjadi acuan utama, tetapi pola goresan dan teknik pengerjaanlah yang menentukan keaslian batik, sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang ciri baku batik.
"Kalau warna tidak bisa menunjukkan itu batik asli atau bukan. Yang kami bisa lihat itu asli atau bukan, karena hasil dari tapak cantingnya," akunya.
Selain keaslian, juri juga menilai inovasi, ergonomi motif, dan tingkat kemungkinan desain untuk diproduksi secara massal. Bagi Agus, hal ini diperlukan agar sebuah motif yang indah dan artistik tetap realistis untuk diimplementasikan pada produk batik tanpa risiko berakhir menjadi printing, karena proses pembuatannya terlalu rumit.
Penilaian akhir juga akan dikonfirmasi melalui sesi wawancara dengan peserta untuk memastikan originalitas karya, termasuk untuk menghindari kemungkinan desain dibuat oleh pihak lain.
"Jadi besok wawancara terakhir dengan 10 kategori pemenang lomba, untuk mengorek data atau informasi mengenai keaslian karya, sebelum ditentukan 6 karya pemenang," tutupnya. (lex)


