Tulis & Tekan Enter
images

Wawali Bagus Susetyo

Kampung Bungas jadi Contoh Pengelolaan Sampah Organik di Balikpapan

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dijalankan warga Kampung Bungas, Kelurahan Gunung Sari Ilir, mendapat perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan.

Inovasi warga yang mengubah limbah organik menjadi kompos dinilai menjadi contoh nyata dalam menekan volume sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar.

Wakil Wali (Wawali) Kota Balikpapan, Bagus Susetyo mengatakan, praktik seperti di Kampung Bungas membuktikan bahwa pengelolaan sampah tidak harus bergantung sepenuhnya pada pemerintah. 

Menurutnya, inisiatif warga untuk memanfaatkan sisa makanan dan bahan organik menjadi pupuk mampu memberi manfaat ekonomi sekaligus menjaga lingkungan tetap bersih.

"Di Gunung Sari Ilir, warga sudah mengolah sisa makanan menjadi kompos. Ini bisa ditiru oleh kelurahan lain karena manfaatnya nyata, baik bagi lingkungan maupun ekonomi keluarga," ucap Bagus, Selasa (4/11/2025).

Program tersebut sejalan dengan target pengurangan sampah kota yang hingga kini masih mencapai 30-50 persen dari total produksi harian. Ia menyebut, inovasi berbasis komunitas seperti ini dapat memperpanjang umur TPA dan mengurangi ketergantungan pada sistem pengangkutan konvensional.

Bagus menegaskan, Pemkot mendorong agar setiap kelurahan dan RT mengembangkan sistem pengelolaan serupa. Selain melalui edukasi, DLH juga memberikan pendampingan teknis bagi kelompok masyarakat yang ingin mengelola sampah secara mandiri.

"Kita ingin semua wilayah punya model pengelolaan sendiri. Semakin banyak sampah yang diolah di sumbernya, semakin kecil beban kota," ucapnya.

Bagus menuturkan, sampah organik yang diolah menjadi kompos memiliki nilai jual dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan atau penghijauan lingkungan. 

Di sisi lain, Pemkot Balikpapan juga menilai hal ini sejalan dengan visi Balikpapan sebagai kota global yang nyaman dan berkelanjutan. "Jika semua kelurahan melakukan hal serupa, kita bisa menekan sampah ke TPA seminimal mungkin," tekannya.

Kemudian, pihaknya pun mengembangkan Program Kampung Ibadah Hijau, yang mengintegrasikan rumah ibadah dengan sistem pengelolaan lingkungan. 

Program ini tengah diusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai bagian dari Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat nasional. "Prinsipnya sederhana yakni sampah yang organik dijadikan pupuk, yang plastik dijual, sisanya diolah. Dengan cara itu, lingkungan bersih dan ekonomi warga ikut tumbuh," pungkas Bagus. (lex)



Tinggalkan Komentar

//