Tulis & Tekan Enter
images

Taufik Qul Rahman

Soroti Pemangkasan TKD, Taufik Sebut Pembangunan Pasar Inpres Balikpapan jadi Terkendala

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Pemangkasan Transfer ke Daerah (TKD) dari Dana Bagi Hasil (DBH) oleh pemerintah pusat melalui kementerian keuangan, berdampak signifikan terhadap rencana pembangunan infrastruktur khususnya di Kota Balikpapan. 

Ya, hal ini dituangkan oleh Sekretaris Komisi II DPRD Balikpapan, Taufik Qul Rahman, usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Balikpapan di kantor parlemen, pada Selasa (14/10/2025).

Taufik menjelaskan, pemotongan dana sekitar Rp1,3 triliun yang dialami Balikpapan menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah dalam merealisasikan sejumlah program strategis. Meski demikian, ia menegaskan bahwa kondisi tersebut harus diterima dengan lapang dada karena kebijakan fiskal tetap berada di bawah kewenangan pemerintah pusat.

“Kalau bicara dampak TKD, memang kita kena imbas cukup besar. Tapi mau bagaimana lagi, kita ini di bawah naungan pemerintah pusat. Yang penting, program pembangunan tetap berjalan meskipun harus dilakukan bertahap,” ujarnya.

Politisi PKB itu mengungkapkan, bahwa DPRD Balikpapan melalui Komisi II akan terus mendorong agar proyek-proyek prioritas tetap terlaksana. Salah satunya adalah revitalisasi pasar inpres yang telah lama menjadi ikon ekonomi masyarakat kota.

Taufik mengungkapkan bahwa proyek tersebut sudah melalui proses lelang Detail Engineering Design (DED) dan akan segera dilanjutkan ke tahap pembangunan fisik.

“Alhamdulillah, DED-nya sudah dilelang dan selesai. Anggaran yang disiapkan untuk pembangunan sekitar Rp60 miliar, termasuk untuk penataan area pasar penampungan. Konsepnya bukan hanya membangun ulang, tapi juga mempercantik tampilan pasar agar lebih estetik dan fungsional,” jelasnya.

Menurutnya, revitalisasi Pasar Tua Balikpapan ini akan menjadi langkah penting untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus memperkuat identitas kota. Ia membandingkan proyek ini dengan konsep pasar tradisional modern di kota-kota besar seperti Yogyakarta dan Solo yang tetap mempertahankan nilai sejarah, namun dengan fasilitas yang lebih baik.

“Kita ingin pasar ini menjadi ikon yang rapi, bersih, tapi tetap punya nilai historis seperti Pasar Beringharjo atau Pasar Klewer. Jadi, estetikanya terjaga tapi fungsinya lebih maksimal,” imbuhnya.

Taufik menegaskan, efisiensi anggaran tetap menjadi prioritas. Ia berharap proses pembangunan berjalan sesuai rencana, tanpa mengorbankan kualitas maupun ketertiban administrasi.

“Semua tergantung penyusunan anggaran. Kalau efisien, kita bisa memaksimalkan hasilnya. Yang penting, program ini tetap jalan dan membawa manfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (lex)



Tinggalkan Komentar

//