Kaltimkita.com, SAMARINDA - Alasan ekonomi dan sakit hati pada sang istri menjadi pemicu aksi nekat WD (24) di Samarinda. Tekanan batin yang tak tertahankan mendorongnya secara brutal mengakhiri hidup dua anak kandungnya, MZ (4) dan MA (2), pada Jumat (25/7) petang.
Menurut penyelidikan Polresta Samarinda, tragedi ini berakar dari kondisi finansial pelaku yang terpuruk. Selama berbulan-bulan tidak memiliki pekerjaan, WD berada di bawah tekanan berat.
Situasi ini menjadi sumber pertengkaran yang terus-menerus dengan istrinya, MK, mengubah keharmonisan rumah tangga menjadi neraka sunyi.
Puncak dari tekanan tersebut meledak saat sang istri mengutarakan niatnya untuk pergi meninggalkannya.
Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Hendri Umar di Samarinda, Selasa (29/7), menegaskan bahwa ucapan sang istri yang hendak pulang ke rumah orang tuanya dan meninggalkan kedua anak bersamanya adalah pemicu utama.
“Motifnya adalah beban pikiran dan sakit hati tersangka terhadap istrinya karena masalah ekonomi,” kata Hendri Umar.
Bagi WD, ancaman untuk menanggung beban kedua anak seorang diri dalam kondisi tanpa penghasilan adalah pukulan final. Rasa sakit hati karena merasa akan ditinggalkan membuatnya gelap mata. Dalam pikirannya yang kalut, kedua anaknya yang tidak berdosa menjadi pelampiasan dari rasa marah dan putus asanya.
Ia secara sistematis menghabisi nyawa kedua putranya, seolah dengan begitu masalahnya akan selesai. Kini, WD harus menghadapi jerat hukum berlapis, termasuk pasal pembunuhan berencana, sebagai konsekuensi dari tindakan yang dipicu oleh keputusasaan ekonomi dan konflik rumah tangga yang fatal.
Atas perbuatannya, tersangka WD dijerat dengan pasal berlapis. Tersangka disangkakan dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, serta Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
"Tersangka terancam hukuman maksimal penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 tahun," demikian Kapolresta Hendri Umar. (fan)