Tulis & Tekan Enter
images

Arul memperlihatkan hasil karya buatan tangan kelompoknya dalam Pameran Kewirausahaan dan Inovasi Sekolah di Gedung Kesenian.

Difabel Balikpapan Bangun Kemandirian Lewat Wirausaha, Arul: Kami Bisa Asal Diberi Kesempatan

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Keterbatasan bukanlah suatu penghalang untuk mewujudkan keinginan. Lewat karya dan kreativitas, semua orang bisa membuktikan dengan niat dan kemauan.

Ya, di tengah keterbatasan fisik dan minimnya dukungan pemerintah, semangat mandiri justru tumbuh kuat di kalangan penyandang disabilitas Balikpapan. Lewat kreativitas dan tekad, mereka perlahan membangun kemandirian ekonomi melalui wirausaha.

Melalui Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Balikpapan, para difabel menunjukkan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berkarya. Dalam ajang Festival Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kota Balikpapan 2025 di Gedung Kesenian, Senin (6/10/2025), mereka memamerkan aneka produk buatan tangan sendiri, mulai dari kerajinan manik-manik, tas anyaman, kain tenun, hingga roti hasil olahan anggota komunitas.

“Masih banyak yang mengira kami tidak mampu. Tapi lewat karya ini kami buktikan, teman-teman difabel juga bisa berkarya, bahkan melebihi ekspektasi banyak orang,” ujar Arul seorang teman tuli didampingi penerjemahnya, saat ditemui digerai kerajinannya.

Arul yang merupakan perwakilan PPDI Balikpapan menjelaskan, anggota komunitasnya terdiri dari berbagai latar belakang disabilitas, yaitu tunanetra, tunarungu/teman tuli, hingga penyintas gangguan kejiwaan yang kini kembali produktif. Mereka berlatih secara mandiri, saling mengajari, dan membuka ruang belajar bagi difabel baru yang ingin berdaya.

Namun, di balik semangat itu, terselip kenyataan pahit, yakni minimnya perhatian dari pemerintah.

“Kami belum pernah dapat bantuan modal atau pelatihan khusus dari pemerintah. Nol persen,” tegas Arul menyayangkan.

Selama ini, dukungan datang justru dari pihak swasta dan lembaga yang peduli. Salah satunya perusahaan BIMA, yang pernah mengadakan pelatihan pembuatan kaki palsu dan keterampilan dasar bagi anggota PPDI. Dukungan serupa juga datang dari Poltek Balikpapan, yang membuka kelas membuat roti bagi komunitas difabel.

Meski baru pertama kali tampil di ruang publik, kesempatan ini menjadi momentum penting bagi PPDI. Pameran tersebut memberi ruang bagi mereka untuk memperlihatkan hasil karya sekaligus menghapus stigma sosial yang kerap melekat pada penyandang disabilitas.

“Ini pertama kalinya kami diberi ruang untuk menunjukkan kemampuan kami. Harapan kami, masyarakat bisa melihat bahwa teman-teman difabel tidak lemah. Mereka bisa, asal diberi kesempatan,” ucap Arul.

Ke depan, PPDI Balikpapan berencana menggelar pameran lanjutan di sekretariat komunitas agar masyarakat bisa langsung membeli produk buatan difabel. Dengan cara itu, mereka ingin membangun ekosistem ekonomi inklusif yang benar-benar tumbuh dari bawah, bukan karena belas kasihan, tapi karena kemampuan.

“Yang kami butuhkan bukan kasihan, tapi peluang,” tutup Arul optimis. (lex)



Tinggalkan Komentar

//