Tulis & Tekan Enter
images

Panggung Final Eropa 2025: Tiga Tim Inggris, Satu Tujuan, Satu Trofi

Oleh : Rahadian Zulkarnain Fagi. (Penonton layar kaca)

SEMILIR musim semi belum sepenuhnya menyapu daratan Eropa, tapi aroma kejayaan sudah tercium dari arah Inggris. Bukan satu, bukan dua, tapi tiga klub Premier League melangkah gagah ke partai puncak kompetisi Eropa. Manchester United, Tottenham Hotspur, dan Chelsea. Tiga nama yang kini berdiri di ambang sejarah.

Rahardian Zulkarnain Fagi

Manchester United mungkin tak sekuat era Sir Alex Ferguson, tapi semangat “comeback kings” masih mengalir di nadi Setan Merah. Di bawah sorotan lampu Old Trafford, mereka menggulung Athletic Bilbao dengan agregat telak 7-1. Tidak sekadar menang, tapi memberi pesan: United belum habis. Dan kini, mereka menuju San Mamés, tanah lawan yang kini jadi panggung final Liga Europa.

Di sisi berlawanan, ada Tottenham Hotspur, tim yang begitu sering dielu-elukan tapi kerap terpeleset di detik akhir. Tapi musim ini berbeda. Mereka melibas Bodø/Glimt 5-1 dengan performa yang meyakinkan. Final sesama Inggris di Liga Europa bukan sekadar laga, melainkan drama sepak bola terbaik — dua rival, satu trofi, dan sejarah yang menunggu ditulis.

Sementara di jalur lain, Chelsea diam-diam menorehkan prestasi yang tak kalah membanggakan. Mereka mungkin bermain di Liga Konferensi Eropa, kasta ketiga dalam hirarki UEFA, tapi The Blues menunjukkan mental juara. Setelah mengatasi Djurgårdens IF dengan agregat 5-1, Chelsea melangkah ke Wrocław, Polandia, untuk bertemu Real Betis di final.

Musim ini bukan hanya tentang siapa yang mengangkat trofi, tapi tentang dominasi. Premier League menunjukkan bahwa kualitasnya tidak berhenti di satu atau dua klub papan atas. Dari Manchester ke London, dari Liga Europa ke Konferensi Eropa — Inggris hadir di semua panggung.

Lebih dari itu, pencapaian ini mengembalikan gairah sepak bola Inggris di mata dunia. Di tengah kompetisi ketat dan jadwal padat, mereka tetap mampu tampil trengginas di Eropa. Dan bagi para suporter, ini bukan sekadar final, ini adalah mimpi kolektif, kebanggaan nasional, dan mungkin awal dari era baru dominasi Inggris di Eropa.

Final bukan akhir cerita — tapi mungkin awal dari kejayaan baru. (*)


TAG

Tinggalkan Komentar