Kaltimkita.com, BALIKPAPAN – Permasalahan stunting di Kota Balikpapan ternyata tidak semata disebabkan oleh faktor ekonomi. Tantangan terbesar justru terletak pada kesadaran masyarakat dalam memperbaiki gizi keluarga dan pola asuh anak. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Alwiati, saat ditemui pada Senin (20/10/2025). Ia menegaskan, tidak semua kasus bayi atau balita stunting berasal dari keluarga kurang mampu.
“Tantangan yang paling utama adalah kesadaran masyarakat untuk perbaikan gizi keluarga, karena itu sangat penting,” ujarnya.
Menurut Alwiati, keberhasilan mencegah stunting tidak hanya bergantung pada program pemerintah, tetapi juga pada peran aktif orang tua dalam menyiapkan asupan bergizi seimbang di rumah. Ia menekankan pentingnya keterlibatan ibu dalam menyiapkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) secara mandiri. “Membuat makanan sendiri dan membiasakan anak mengonsumsi makanan rumahan lebih efektif dibanding memisahkan makanan secara khusus,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, kebiasaan makan bersama keluarga dapat membantu meningkatkan semangat makan anak. “Kalau anak makan bersama ayah dan kakaknya, semangat makannya bisa lebih tinggi,” katanya.
Menanggapi tren penggunaan peralatan khusus untuk Makanan Pendamping ASI (MPASI) di kalangan ibu muda, Alwiati menilai hal tersebut tidak wajib. Ia menyebut, peralatan rumah tangga biasa sudah cukup asalkan dijaga kebersihannya. Sebagai contoh, makanan sederhana seperti palumara, tahu campur tanpa cabai, hingga tahu telur yang kaya protein sangat baik diberikan kepada balita, dengan tekstur disesuaikan usia anak.
Selain gizi dan pola asuh, sanitasi lingkungan berperan besar dalam upaya pencegahan stunting. Wilayah dengan sanitasi buruk cenderung memiliki angka stunting lebih tinggi karena anak mudah terserang penyakit. “Kalau sanitasinya tidak bagus, balita bisa bolak-balik diare. Bagaimana berat badannya mau naik,” tegasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Kota Balikpapan, Hj. Iim, menegaskan bahwa peran ayah dalam tumbuh kembang anak juga tidak kalah penting dari peran ibu. Menurutnya, banyak ayah yang beralasan sibuk bekerja, padahal pendidikan keluarga merupakan tanggung jawab utama seorang ayah.
“Dari 17 percakapan antara orang tua dan anak, 14 di antaranya adalah percakapan antara ayah dan anak. Artinya, Allah sudah memberikan pedoman bahwa pendidikan keluarga itu tugas utama ayah,” ujarnya.
Iim menambahkan, keterlibatan ayah diyakini sangat berpengaruh terhadap pola asuh dan perkembangan emosional anak. “Peran ayah jangan diserahkan sepenuhnya kepada ibu, karena keduanya sama-sama memegang kunci dalam pencegahan stunting,” pungkasnya. (rep)