Tulis & Tekan Enter
images

Jadi Pemateri di Euroseas Amsterdam, Rektor Uniba sampaikan Progres Pembangunan Kota Hutan IKN

KaltimKita.com - Pada pertengahan Juli 2024, Rektor Universitas Balikpapan, Isradi Zainal, mendapat kesempatan untuk kedua kalinya berbicara di depan forum yang diadakan di Universitas Amsterdam, Belanda. Topik diskusi akademis ini antara lain membahas aspek ekologi lingkungan hijau di sekitar ibu kota baru, Nusantara.

Isradi, dalam penerbangannya menuju peradaban Eropa yang terkenal dengan landmark ikonik kincir anginnya, tidak sendirian. Pesawat yang lepas landas dari Jakarta, transit di UEA, menuju bandara Sciphol Amsterdam, Rabu (17/7/2024) lalu, itu juga ditemani anggota dari Universitas Balikpapan yang mendampingi.

Mereka tak lain adalah Wakil Rektor Mery Sipahutar dan Mohamad Nasir yang kali ini turut mendampingi rektor berbicara pada forum akademik berorientasi lingkungan Euroseas di Belanda, Eropa.

Nampaknya Rektor Universitas Balikpapan selaku perwakilan akademisi dari wilayah Kalimantan ingin menjelaskan kepada khalayak Eropa, bahwa niat pemerintah Indonesia memindahkan ibu kota bukan untuk merusak lingkungan hidup di Kalimantan Timur.

Dalam kesempatan itu, Rektor Uniba berusaha menjelaskan kondisi hutan saat ini dan masa depan di ibu kota baru. Ibu kota baru ini lebih besar dari Jakarta. Sekitar empat kali lebih banyak, dan dibandingkan dengan Singapura, sekitar tiga kali lebih banyak. Dan kawasan perkotaan hanya 75% kawasan hijau.

Misi global Sustainable City, kata Isradi, memiliki tiga misi, yaitu menginginkan kota global yang ramah lingkungan dan yang kedua menjadikan ibu kota baru sebagai identitas Indonesia atau jati diri bangsa.

Terakhir, hal ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah ibu kota baru sebagai pusat perekonomian Indonesia. Berbicara mengenai kota berkelanjutan di dunia, tentunya menurut Rektor Uniba, ada beberapa tujuan khusus ibu kota baru Indonesia. Dimana ibu kota baru harus menjadi kota hutan, kota hijau, dan sekaligus kota pintar.

Sumber materi penjelasan pengembangan IKN dipaparkan hari itu di Universitas Amsterdam. “Bisa kami sampaikan, Anda bisa melihat slide-slide yang ditampilkan di sini, dan di mana – semua ibu kota baru yang sudah saya ceritakan sebelumnya, dan beberapa mungkin yang kami maksud lebih tepatnya, dari berbagai kawasan di Asia Tenggara atau kawasan lainnya,” ujarnya.

Isradi memulai presentasinya. “Jadi kami akan memberikan gambaran pendahuluan yang sangat-sangat singkat tentang apa yang terjadi di sini. Sebelum masuk ke pemaparan, kami akan membahas dua panel,” lanjut Isradi lagi. “Saya juga mencoba mendapatkan dari Fakultas Kehutanan Universitas Amsterdam, lalu bertanya kepada Universitas. Maka hari ini saya akan menyajikan bagian konservasi dari proyek Forest City yang bekerja sama dengan universitas. Dan ini - seperti yang diketahui oleh penonton, Saat ini sekitar 6.671 kawasan yang akan dibangun di ibu kota,” jelasnya.

Salah satu penonton juga mempertanyakan apakah Isradi punya informasi sendiri mengenai hal ini, dan Isradi mengutip bahwa ada tiga poin penting yang bisa ia sampaikan untuk menjelaskan situasi saat ini jika memungkinkan. Audiensi Universitas Amsterdam setelah melihat pemaparan Isradi berpandangan bahwa keberadaan ibu kota baru dapat mengganggu habitat di sana dan juga persoalan minimnya dana pemulihan lingkungan dalam pemindahan ibu kota.

Namun menurut Isradi lagi, hingga saat ini pembangunan ibu kota baru belum menguras sumber daya hutan dan ekologi secara keseluruhan di sana. Hal ini juga dipengaruhi oleh besarnya dana miliaran yang digelontorkan untuk proyek IKN yang ada di sana, kini disalurkan untuk membangun gedung di kawasan eks tanaman Eucalyptus dan tiga jenis tanaman homogen lainnya.

Salah satu penonton juga menanyakan apakah Isradi punya informasi sendiri terkait hal tersebut, dan Isradi menyebutkan ada tiga poin besar yang bisa ia jelaskan untuk menjelaskan situasi saat ini jika memungkinkan.

Audiensi Universitas Amsterdam setelah melihat pemaparan Isradi berpandangan bahwa keberadaan ibu kota baru dapat mengganggu habitat di sana dan juga isu minimnya dana pemulihan lingkungan dalam pemindahan ibu kota.

Namun menurut Isradi lagi, hingga saat ini pembangunan ibu kota baru belum menguras sumber daya hutan dan ekologi secara keseluruhan di sana. Hal ini juga dipengaruhi oleh besarnya dana miliaran yang digelontorkan untuk proyek IKN yang ada di sana, kini disalurkan untuk membangun gedung di kawasan eks tanaman Eucalyptus dan tiga jenis tanaman homogen lainnya. Universitas Amsterdam pun terus mempertanyakan alasan Rektor Uniba Isradi Zainal mengambil kesimpulan seperti itu.

“Kalau saya lihat datanya tahun 2021 sampai 2023. Ibu kota baru sebenarnya dibangun tahun 2020 dan 2023. Iya. Sekadar informasi juga, di ibu kota baru lingkungannya kurang bagus. karena ada sekitar 100 konsesi pertambangan dan juga konsesi industri seperti ECHI,” kata pembawa acara.

Kemudian Isradi menegaskan, sebenarnya ibu kota Indonesia baru ini bukan bertujuan untuk merusak lingkungan, melainkan untuk menjadikan lingkungan lebih baik dari sebelumnya. Sebab sesuai UU Nomor 3, pada tahun 2022 luas hutan di sana (IKN) menjadi 75%. Untuk saat ini, Isradi mengatakan perkiraan kasar dari data valid yang dimilikinya adalah kawasan hijau mencakup lebih dari 57% tutupan lahan di sana.

Kemudian Isradi beralih berbicara tentang energi bersih berbasis LTS di sana (tenaga surya). Berbicara tentang LTS atau tenaga surya di Indonesia, khususnya di IKN, Isradi kemudian menjelaskan. “Di sana kita pakai sekitar 10 megawatt, dan mungkin nanti bisa 50 megawatt. Ini merupakan kegiatan pengembangan tenaga listrik panel surya (LTS) yang akan dimulai terlebih dahulu. pada bulan Februari 2024 “Ada rencana dari otoritas nusantara bahwa kedepannya sektor ini, pihak swasta, juga akan menjadi calon Private Strategic Partner (PSP) untuk ibu kota baru kita. Mari kita undang juga (Bapak/Ibu) untuk datang ke IKN Nusantara,” ujarnya.

Universitas Amsterdam pun terus mempertanyakan alasan Rektor Uniba Isradi Zainal mengambil kesimpulan seperti itu. “Kalau saya lihat datanya tahun 2021 sampai 2023. Ibu kota baru, ibu kota baru sebenarnya dibangun tahun 2020 dan 2023. Iya. Sekadar informasi juga, di ibu kota baru lingkungannya kurang bagus. karena ada sekitar 100 konsesi pertambangan dan juga konsesi industri seperti ECHI,” kata pembawa acara.

Kemudian Isradi menegaskan, sebenarnya ibu kota Indonesia baru ini bukan bertujuan untuk merusak lingkungan, melainkan untuk menjadikan lingkungan lebih baik dari sebelumnya. Sebab sesuai UU Nomor 3, pada tahun 2022 luas hutan di sana (IKN) menjadi 75%. Untuk saat ini, Isradi mengatakan perkiraan kasar dari data valid yang dimilikinya adalah kawasan hijau mencakup lebih dari 57% tutupan lahan di sana. Kemudian Isradi beralih berbicara tentang energi bersih berbasis LTS di sana (tenaga surya).

Berbicara tentang LTS atau tenaga surya di Indonesia, khususnya di IKN, Isradi kemudian menjelaskan akan menggunakan 10 megawatt, dan mungkin nanti bisa 50 megawatt. Ini merupakan kegiatan pengembangan tenaga listrik panel surya (LTS) yang akan dimulai terlebih dahulu. pada bulan Februari 2024.

“Ada rencana dari otoritas Nusantara bahwa kedepannya sektor ini, pihak swasta, juga akan menjadi calon Private Strategic Partner (PSP) untuk ibu kota baru kita. Mari kita undang juga (Bapak/Ibu) untuk datang ke IKN Nusantara,” ujar Isradi.

Diantara peserta panel diskusi Universitas Amsterdam terdapat individu-individu yang menginginkan keperawanan etnis Dayak dibiarkan apa adanya. Ia meminta agar masyarakat Dayak di pedalaman tetap menjadi manusia beridentitas Dayak. Namun dengan dukungan penuh untuk memperoleh hak ulayatnya. Isradi menjelaskan kepada hadirin Universitas Amsterdam bahwa tantangan saat ini tidak hanya berdampak pada kelompok etnis asli dan khususnya masyarakat adat lokal, tetapi juga pendatang dari luar.

Fokus saat ini adalah migrasi manusia dari luar negeri, apalagi saat ini ibu kota nusantara ini menghadapi ribuan pendatang dari Jawa, Sumatera, dan Indonesia Timur. Masalah demografi belum muncul, namun daya dukung ekologi wilayah seperti Balikpapan dan Penajam sedikit banyak juga terkena dampaknya. 

Penutup dialog di Universitas Amsterdam mengingatkan bangsa akan pentingnya menjaga Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia dan bagaimana pengembangan IKN di Kalimantan Timur terus memperhatikan keharmonisan lingkungan ekologi manusia dan flora- lingkungan fauna serta keberadaan kelompok etnis asli setempat.

Yang jelas upaya jalan lurus yang disumbangkan Universitas Balikpapan Kalimantan Timur melalui Rektornya ini adalah untuk menghilangkan asumsi dan pandangan dunia internasional khususnya negara-negara Utara-Utara mengenai tuduhan deforestasi, dekarbonisasi. dan dekolonisasi etnis lokal Kalimantan sejalan dengan laju pembangunan IKN yang saat ini gencar dilaksanakan. (*)


TAG

Tinggalkan Komentar

//