Tulis & Tekan Enter
images

Riswahyuni memperlihatkan produk kebanggaannya dari olahan buah salak. Kini brand itu kian dikenal dan menjadi oleh-oleh hingga ke pasar nasional.

Dari "Salak Sepet" Jadi Oleh-Oleh Kebanggaan Balikpapan, Kisah Inspiratif 13 Tahun Perjalanan Salakilo

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Siapa sangka, dari buah salak yang dulunya hanya dianggap sepele dan berlimpah di kebun, lahirlah sederet produk olahan kreatif yang kini menjadi ikon oleh-oleh khas Balikpapan. Dialah Riswahyuni, sosok di balik merek Salakilo, yang selama 13 tahun berjuang mengangkat nama buah lokal hingga menembus pasar nasional.

Kisahnya bermula pada 2012 lalu. Saat itu, Riswahyuni mulai membangun usahanya dari Cake Salakilo. Makanan berupa kue bolu dengan rasa original salak. Kemudian, inovasinya tak terhenti sampai di situ, ketika ia secara tidak sengaja menerima dua karung salak dari petani langganannya. Saat itu, Riswahyuni yang hanya membuat bolu salak dengan kuantiti yang sedikit, menjadi bingung dengan buah sebanyak itu.

“Bingung mau diapain, karena kalau dijadikan bolu semua pasti basi. Akhirnya saya coba cari ide lain dan ketemulah resep dodol salak,” kenang Riswahyuni sambil tertawa, saat ditemui di gerai Salakilo, Jalan MT Haryono berbatasan simpang 3 kilometer 4,5, kawasan pasar buton, Selasa (11/10/2025).

Proses membuat dodol ternyata tidak semudah kelihatannya. Ia harus mengaduk adonan selama tujuh jam tanpa henti. Namun dari situlah lahir produk olahan dodol Salakilo yang juga digemari warga Balikpapan. Seiring waktu, terobosannya tak berhenti. Ia pun menghadirkan sirup salak, cookies salak-singkong ditahun 2017, hingga sambal uleg salak, produk yang justru mengantarnya menjadi juara nasional Bango Penerus Warisan Kuliner 2019 di DKI Jakarta. “Waktu itu kami buat sambal dengan salak sebagai pengganti tomat. Kata juri, itu yang paling unik,” ujarnya bangga.

Tak hanya berhenti di dapur, Riswahyuni juga memanfaatkan limbah kulit dan biji salak menjadi kerajinan tangan. Saat pandemi COVID-19, ia bahkan menciptakan minuman salak serai, setelah mengetahui hasil penelitian bahwa kulit salak mampu membantu menurunkan kadar gula darah.

Perjalanan Salakilo bukan tanpa tantangan. Di awal, Riswahyuni harus berjuang mengenalkan produknya. Banyak yang ragu mencicipi karena mengira rasanya sepat dan asam. Namun setelah mencoba, mereka justru ketagihan. “Ternyata kalau sudah diolah, rasa sepetnya hilang, malah jadi manis dan legit,” katanya.

Kendati begitu, Riswahyuni pun mengaspresiasi pendampingan yang dilakukan Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian (DKUMKMP) Balikpapan, yang turut membantunya dalam perizinan, kemasan, Haki hingga cara memasarkan.

Kini, produk-produknya telah memiliki izin halal, kemasan modern, hingga pemasaran digital yang menjangkau seluruh Indonesia. Bahkan, Salakilo telah diakui secara nasional dan menjadi oleh-oleh kebanggaan Balikpapan sekaligus Ibu Kota Nusantara (IKN). “Bisnis ini seperti manusia, tumbuh dan belajar. Dari bayi yang baru lahir sampai bisa berlari. Kuncinya, jangan pernah berhenti belajar,” tutur Riswahyuni, menutup kisah sukses yang berawal dari dua karung salak dan mimpi sederhana. (lex)


TAG DKUMKMP

Tinggalkan Komentar

//