Kaltimkita.com, BALIKPAPAN – Di tengah semangat tahun ajaran baru, sekolah yang baru berdiri di Kecamatan Balikpapan Kota yakni SMP Negeri 27 tampil berbeda. Ya, sekolah ini langsung tancap gas membangun karakter siswa sejak hari pertama melalui program unik bernama “Pagi Ceria.”
Alih-alih langsung terjun ke kegiatan belajar akademik, setiap pagi seluruh siswa terlebih dahulu diajak melakukan serangkaian aktivitas positif seperti senam ringan, membersihkan lingkungan sekolah, dan ibadah sesuai agama masing-masing.
Khusus siswa muslim, ada sesi mengaji, sementara siswa non muslim mendapat ruang bimbingan kerohanian yang setara.
“Kami ingin membentuk budaya sekolah sejak awal. Pagi Ceria bukan sekadar rutinitas, ini cara kami menanamkan semangat, disiplin, dan nilai-nilai kebersamaan kepada siswa,” ujar Plt Kepala SMPN 27 Balikpapan, Jamaludin saat membuka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Senin (14/7/2025).
Sebagai informasi, SMPN 27 yang dibangun atas inisiatif Pemerintah Kota Balikpapan ini hadir untuk menjawab kebutuhan pendidikan tingkat SMP di wilayah Balikpapan Tengah. Meski lokasinya berada di Kelurahan Telaga Sari, Balikpapan Kota, cakupan layanannya ditujukan untuk menjangkau siswa-siswi yang sebelumnya kesulitan mendapat akses SMP negeri di wilayah Balikpapan Tengah.
Pak Jamal sapaan karibnya melanjutkan, menurutnya pendidikan karakter tak cukup hanya disampaikan lewat buku dan ceramah di kelas.
“Karakter dibentuk dari kebiasaan kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan kelas sendiri, atau senam pagi bersama. Inilah yang membentuk rasa tanggung jawab dan solidaritas,” tegasnya.
Sebanyak 128 siswa yang tergabung dalam empat rombongan belajar menjadi generasi pertama di sekolah ini. Mereka memulai hari pertama dengan apel bersama, lalu langsung bekerja bakti membersihkan ruang kelas yang masih berdebu usai proses pembangunan.
“Kami sengaja mengajak siswa membersihkan kelas agar mereka merasa memiliki dan menjaga sekolah ini. Ini sekolah mereka, bukan hanya gedung tempat belajar,” ujarnya.
Dengan fasilitas yang masih terbatas yaitu empat ruang kelas aktif dan satu ruangan multifungsi untuk laboratorium, perpustakaan, UKS, dan komputer, namun semangat tim pengajar tak surut. Sembilan guru dari lima SMP negeri lain bergabung secara bergiliran untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar.
“Saya sendiri masih aktif mengajar di SMPN 1. Tapi karena lokasi dua sekolah ini berdekatan, saya bisa berbagi waktu dan tetap menjalankan amanah sebagai kepala sekolah di sini,” terang Jamal.
Dalam waktu dekat, SMPN 27 akan menerima bantuan dua smart board dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai bagian dari upaya memperkuat pembelajaran berbasis teknologi.
Jamal menambahkan, respons positif datang dari para orang tua. Mereka menyambut baik pendekatan sekolah yang tak hanya fokus pada akademik, tapi juga membangun kenyamanan psikologis dan lingkungan sosial anak-anak mereka.
“Kepercayaan dari orang tua menjadi penyemangat kami. Kami ingin membangun sekolah bukan hanya dari tembok, tapi dari budaya yang sehat dan inklusif,” ujar Jamaludin.
Kami sadar, tak semua bisa dicapai dalam semalam. Tapi dengan komitmen dan semangat bersama, kami optimistis bisa tumbuh dan berkembang bersama para siswa. Mereka bukan sekadar murid, mereka adalah fondasi masa depan sekolah ini,” sambungnya.
Ia pun menegaskan bahwa program “Pagi Ceria” akan terus dilestarikan dan menjadi ciri khas sekolah. (lex)