Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Suasana hari pertama sekolah tahun ajaran baru 2025-2026 Senin (14/7/2025), terasa berbeda bagi seorang ayah bernama Herman. Bukan karena jalanan yang mulai ramai oleh siswa berseragam, namun karena momen istimewa saat mengantarkan putranya, Daffa Qarim Benzema memasuki gerbang SMAN 1 Balikpapan untuk pertama kalinya.
Di balik senyum bangga, orang tua tunggal itu menyimpan perasaan yang sulit digambarkan. Ia yang merawat anaknya seorang diri sejak berpisah dari mantan istri memiliki segudang keharuan, saat melihat anak satu-satunya yang tak terasa tumbuh begitu cepat dan sesuai harapannya.
“Campur aduk rasanya. Anak yang dulu saya antar masuk SMP di Negeri 1, sekarang sudah jadi anak SMA di Negeri 1 pula. Rasanya baru kemarin potong rambut pertama kali, sekarang sudah berdiri dan sebentar lagi mengenakan seragam putih abu-abu,” ucapnya pelan, menahan emosi.
Pagi itu, putranya yang karib disapa Ben bangun lebih cepat dari biasanya. Tanpa diminta, ia sudah bersiap dengan seragam yang telah disetrika rapi dan sepatu baru yang dibeli dua hari sebelumnya. Malam sebelumnya, ia bahkan memotong rambut dan menyiapkan perlengkapan sekolahnya sendiri.
“Dia kelihatan lebih antusias dari biasanya. Saya pikir dia bakal canggung, ternyata malah semangat sekali,” kata Herman sambil tersenyum.
Sebelum berpisah di halaman sekolah, Herman sempat memberikan beberapa pesan kepada putranya. Bukan hanya tentang belajar keras, tapi tentang nilai-nilai hidup yang lebih dalam dan memilih teman yang baik, bersikap rendah hati, dan tetap menghormati guru.
“Saya bilang ke Ben, pilih teman yang bisa membawa ke hal-hal positif. Jangan lupa tetap rendah hati. Kalau ikut kegiatan sekolah, ambil yang memang kamu suka, kayak musik,” tutur Herman.
Di sisi lain, Ben mengaku perasaannya bercampur antara senang, tegang, dan penasaran.
“Deg-degan juga sih. Tapi lebih semangat karena penasaran gimana sih dunia SMA itu. Tadi juga sudah kenalan sama beberapa teman pas MPLS, kayaknya seru orang-orangnya,” ujar Ben.
Baginya, hari pertama ini adalah awal untuk mengenal banyak hal baru yakni guru, lingkungan, bahkan dirinya sendiri dalam versi yang lebih dewasa. Ia sudah mempersiapkan diri sejak malam, memeriksa ulang tas dan perlengkapan agar tidak ada yang tertinggal.
Ben pun punya harapan besar untuk masa tiga tahun ke depan. Ia ingin aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, ikut organisasi seperti OSIS, dan tentu saja, berprestasi.
“Harapannya sih bisa ikut banyak kegiatan, dan semoga bisa terus dapat nilai bagus sampai dapat beasiswa, biar bisa kuliah di luar negeri,” ucapnya penuh semangat.
Kendati begitu, Herman hanya bisa mendukung dari belakang, sambil menyadari satu hal yaitu waktu benar-benar berjalan cepat.
“Rasanya baru kemarin saya gendong dia ke dokter waktu demam. Sekarang dia sudah siap jalan sendiri ke masa depan,” tutup pria pekerja lepas ini. (lex)