Kaltimkita.com, BALIKPAPAN – Di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Balikpapan terus memperkuat pembinaan serta pengamalan nilai-nilai Pancasila di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Upaya ini menjadi langkah strategis untuk menjaga semangat nasionalisme agar tidak luntur di tengah pengaruh budaya luar yang kian masif.
Kepala Bakesbangpol Kota Balikpapan, Sutadi, menegaskan bahwa pembinaan ideologi Pancasila merupakan bagian dari tugas pokok lembaganya dalam menjaga stabilitas dan kondusivitas daerah. Menurutnya, semangat kebangsaan harus terus dipelihara agar masyarakat tidak mudah terpecah oleh isu-isu yang dapat memicu konflik sosial maupun ideologis.
“Kesbangpol itu tugas utamanya bagaimana membina kehidupan ber-Pancasila dan menjaga kondisi kota tetap aman dan harmonis. Pendidikan Pancasila ini akan terus dilakukan karena merupakan amanah dari para pendiri bangsa,” ujarnya, Senin (20/10/2025).
Sutadi menyebut, tantangan terbesar dalam pembinaan ideologi saat ini bukan lagi persoalan ruang atau wilayah, melainkan ruang digital. Arus informasi global yang tidak terbendung telah membawa beragam nilai dan gaya hidup baru yang sering kali tidak sejalan dengan prinsip-prinsip Pancasila.
“Memahami dan mengamalkan Pancasila di tengah arus informasi dan budaya global tidak mudah. Banyak anak muda yang lebih mengenal budaya populer luar negeri dibandingkan nilai-nilai kebangsaan. Mereka cenderung apatis terhadap isu ideologi,” katanya.
Untuk itu, Bakesbangpol mengambil langkah konkret dengan menggandeng berbagai pihak, mulai dari TNI, Polri, Densus 88, Dinas Pendidikan, hingga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AKB).
Melalui kerja sama lintas instansi ini, Bakesbangpol gencar menggelar sosialisasi dan pendidikan karakter kebangsaan di sekolah-sekolah dan lingkungan masyarakat. Kegiatan tersebut dikemas dengan berbagai pendekatan menarik, seperti dialog interaktif, pemutaran film kebangsaan, hingga pelatihan kepemimpinan bagi pelajar.
Dengan cara itu, generasi muda diharapkan tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila secara teoritis, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Karena itu kami berkolaborasi dengan banyak pihak agar pembinaan ideologi ini lebih efektif. Tidak hanya di sekolah, tapi juga di lingkungan masyarakat, terutama bagi anak-anak muda yang aktif di media sosial,” jelas Sutadi.
Selain menyasar pelajar, Bakesbangpol juga menaruh perhatian besar terhadap peran orang tua dalam membentuk karakter anak. Sutadi menilai, keluarga adalah benteng pertama dalam penanaman nilai-nilai moral dan kebangsaan.
“Kadang orang tua mengira anaknya sedang belajar di kamar, padahal bisa saja mengakses konten yang berbahaya di internet. Maka, pemahaman orang tua juga penting. Kami berikan edukasi agar mereka mampu mendampingi anak-anak dalam penggunaan media digital,” tegasnya.
Menariknya, dalam beberapa kegiatan sosialisasi, Bakesbangpol turut menghadirkan mantan narapidana terorisme (napiter) yang telah kembali ke masyarakat. Kehadiran mereka menjadi contoh nyata tentang bagaimana ideologi radikal dapat menyesatkan dan menghancurkan masa depan seseorang.
“Mereka memberikan testimoni nyata tentang kerugian yang mereka alami agar generasi muda tidak terjerumus. Pesan langsung dari pelaku yang sudah insaf biasanya lebih menyentuh dan membuka mata para pelajar,” ujar Sutadi.
Upaya pencegahan penyebaran paham radikal juga dilakukan melalui pengawasan dan pendekatan kultural. Bakesbangpol kerap berkoordinasi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan organisasi kepemudaan dalam membangun kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga keutuhan bangsa.
“Kami ingin nilai-nilai toleransi, gotong royong, dan cinta tanah air benar-benar menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Balikpapan. Itu semua adalah cerminan Pancasila,” tambahnya.
Selain melalui kegiatan tatap muka, Bakesbangpol juga memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan pesan kebangsaan. Edukasi tentang Pancasila dan wawasan kebangsaan kini disampaikan melalui media sosial, video edukatif, dan infografik yang mudah dipahami oleh kalangan muda.
Sutadi menegaskan, penguatan ideologi Pancasila bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen bangsa termasuk lembaga pendidikan, keluarga, dan komunitas sosial. Ia berharap gerakan ini dapat menjadi fondasi kuat dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter kebangsaan yang kokoh.
“Kami ingin anak-anak muda Balikpapan tumbuh menjadi generasi yang kritis, beretika, dan memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi. Mereka adalah calon pemimpin masa depan yang akan menjaga keutuhan bangsa,” tutup Sutadi. (rep)