Kaltimkita.com, BALIKPAPAN- Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Balikpapan, Yaser Arafat Syahril, angkat bicara terkait kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax yang terjadi di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia menyebut kejadian tersebut sebagai hal yang memalukan, mengingat Balikpapan dikenal sebagai kota minyak apalagi saat ini dibangun kilang minyak terbesar di Indonesia, bagian dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yang ditargetkan akan beroperasi penuh pada September 2025, dengan kapasitas olahan 360 ribu barel per hari (bph).
"Ini sangat memalukan. Di kota minyak justru terjadi kelangkaan minyak, dan bukan minyak bersubsidi, tetapi Pertamax yang dibeli secara tunai. Ibaratnya, kita mati di lumbung sendiri," kata Yaser Araft merujuk pepatah bagai ayam mati di lumbung padi, Selasa (20/5/2025).
Ia menilai, kejadian ini harus menjadi perhatian serius dan tidak boleh terulang kembali. Menurutnya, harus ada pihak yang bertanggung jawab atas kelalaian dalam distribusi Pertamax yang berdampak besar terhadap pelaku usaha.
Dia memaparkan sejumlah kerugian yang ditimbulkan akibat kelangkaan Pertamax, meskipun hanya terjadi selama satu hari:
Menurunnya produktivitas kerja dan efisiensi biaya operasional perusahaan. Perusahaan jasa seperti penyedia aspal, beton, dan logistik turut terdampak karena kemacetan parah dan meningkatnya biaya bahan bakar.
Banyak konsumen yang mengalami penundaan pesanan karena karyawan kehabisan bahan bakar untuk bekerja.
Kerusakan mesin kendaraan akibat kosongnya tangki bahan bakar. Karyawan terpaksa melakukan kasbon kepada perusahaan untuk membeli bahan bakar. Meningkatnya keresahan masyarakat yang berpotensi memperparah ketidakpercayaan publik terhadap Pertamina.
“Kami dari KADIN Kota Balikpapan menyarankan agar Pertamina menunjukkan empatinya. Jika satu hari mereka membuat konsumen kecewa, maka satu hari pula mereka sebaiknya memberikan insentif berupa pengisian bahan bakar gratis sebagai bentuk permintaan maaf dan tanggung jawab sosial," ujar Yaser.
Menurutnya, insentif tersebut bisa diterapkan di SPBU-SPBU yang mengalami antrean dan kemacetan parah akibat kelangkaan.
“Saya pikir langkah semacam ini dapat memulihkan kepercayaan publik terhadap Pertamina, khususnya di Balikpapan,” tutup Yaser. (bie)