Tulis & Tekan Enter
images

Alwi Al Qadri

Ketua DPRD Tanggapi Sekolah Swasta Sepi Peminat, Sebut Inovasi dan Publikasi Perlu Ditingkatkan

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Ketua DPRD Kota Balikpapan, Alwi Al Qadri, menyayangkan kabar terkait adanya sekolah swasta di kota ini yang tidak mendapatkan murid baru pada tahun ajaran 2025/2026. Ia menilai kondisi ini perlu menjadi perhatian bersama, termasuk evaluasi dari pihak sekolah swasta sendiri.

"Saya tidak paham kenapa ada sekolah swasta yang tidak menerima satu pun murid baru tahun ini. Padahal, pemerintah kota selama ini sudah memberikan subsidi kepada sekolah swasta. Tapi kalau tidak ada upaya promosi atau inovasi dari pihak sekolah, ini bisa jadi masalah," kata Alwi, Kamis (31/7/2025).

Menurutnya, sekolah swasta tidak bisa hanya mengandalkan subsidi pemerintah tanpa melakukan upaya untuk memperkenalkan diri ke masyarakat. Alwi mendorong sekolah-sekolah swasta untuk aktif mempromosikan keunggulan mereka melalui media sosial atau platform digital lainnya.

“Sekarang era digital, sekolah harus aktif di Instagram atau media sosial lainnya untuk menyampaikan bahwa mereka punya kualitas. Jangan hanya berdiam diri. Banyak warga Balikpapan bahkan tidak tahu kalau sekolah itu ada,” tegasnya.

Seperti yang wartakan sebelumnya, salah satu sekolah yang terdampak adalah SD Islam Tjokroaminoto di Jalan Cempaka Putih, Gunung Sari Ilir, Balikpapan Tengah. Sekolah yang berdiri sejak 1958 ini tercatat tidak mendapat satu pun murid baru untuk kelas 1 di tahun ajaran 2025/2026. Ini menjadi yang pertama kali dalam sejarah sekolah tersebut.

Kepala Sekolah SD Islam Tjokroaminoto, Rudiansyah, menyebutkan bahwa lokasi sekolah yang berada di antara beberapa sekolah negeri turut menjadi tantangan tersendiri. Ironisnya, sekolah negeri di sekitar pun mengalami hal serupa.

"SD Negeri 15 misalnya, hanya dapat 16 siswa, padahal satu kelas idealnya 28 murid. SDN 03, 06, dan 07 juga mengalami penurunan murid," kata Rudiansyah saat ditemui di ruang kerjanya.

Selain soal lokasi, faktor ekonomi juga menjadi hambatan. Sekolah swasta tetap mengenakan biaya seperti uang gedung dan SPP, meskipun telah mendapat subsidi dari pemerintah.

"Uang gedung hanya Rp1 juta dan bisa dicicil. SPP Rp200 ribu per bulan, sudah disubsidi Rp75 ribu, jadi orang tua hanya bayar Rp125 ribu. Tapi tetap saja terasa berat bagi sebagian masyarakat," ungkapnya.

Hingga akhir Juli 2025, SD Islam Tjokroaminoto hanya memiliki 31 siswa aktif dari kelas 2 hingga kelas 6, sementara kelas 1 kosong total. Pihak sekolah masih menunggu dua calon siswa dari luar daerah yang menyatakan akan mendaftar.

Meski dengan keterbatasan jumlah murid dan tenaga pengajar, aktivitas belajar-mengajar tetap berjalan. Dengan enam guru tetap, termasuk kepala sekolah, serta beberapa guru honorer yang masih berstatus mahasiswa, sekolah tetap beroperasi secara mandiri.

“Saya merangkap jadi guru agama, guru lain juga merangkap tugas. Kalau bukan karena niat ibadah, mungkin saya sudah tinggalkan sekolah ini,” tutur Rudiansyah. 

Ia mengaku, saat mulai mengajar pada 2005, gajinya hanya Rp60 ribu per bulan, dan kondisi saat ini pun belum banyak berubah.

"Kami tetap berjuang. Meski murid kami sedikit, kami yakin mereka bisa tumbuh jadi anak-anak yang sukses," pungkasnya. (lex)



Tinggalkan Komentar