Tulis & Tekan Enter
images

PANDAI BESI: Juliansyah saat melakukan proses pembakaran besi sebelum ditempa

Jaga Warisan Keluarga, Juliansyah Masih Gunakan Cara Tradisional untuk Tempa Besi

KaltimKita.com, BALIKPAPAN – Di Kota Balikpapan masih dapat ditemukan bengkel tempa besi tradisional yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Namanya bengkel tempa tradisional Usaha Karya yang berlokasi di Jalan Mayjend Sutoyo, kawasan Gunung Malang, Kelurahan Klandasan Ilir, Kecamatan Balikpapan Kota.

Pemiliknya adalah Juliansyah. Ia sudah menempa besi sejak lebih dari 20 tahun yang lalu. Rupanya produk buatan tangannya masih dipilih banyak orang walaupun kini sudah ada alat potong pabrikan yang yang lebih modern.

Usaha ini turun temurun dari orang tuanya. Di Balikpapan kini tinggal dirinya yang masih menggunakan cara tradisional untuk menempa besi hingga menjadi beberapa jenis produk seperti pisau, parang, bahkan mandau. “Sekarang tinggal saya sendiri saja di Balikpapan yang masih pakai cara tradisional,” ujarnya.

Ia menempa besi di bangunan kecil beratap seng. Menggunakan palu, logam yang merah membara ditempa hingga menjadi alat potong. Juliansyah sama sekali tidak menggunakan peralatan modern. Semua menggunakan tangan. Sehari ia bisa menempah hingga 10 bila besi mentah.

Biasanya hasil tempaan tersebut hanya dalam bentuk dasar. Nantinya akan membutuhkan tambahan waktu untuk melengkapi dengan gagang maupun sarung. Sementara untuk produk alat potong yang biasa, dalam keadaan sudah disepuh, digerinda dan ditajamkan, dia sama makan waktu tiga hingga empat hari saja.

“Untuk parang yang lengkap dengan sarung dan gagangnya bisa memakan waktu dua minggu,” bebernya.

Menurutnya, momen Iduladha bisa jadi pembawa rejeki untuk kerajinan besi buatannya. Permintaan terhadap alat pemotong meningkat secara signifikan. Biasanya permintaan ini digunakan untuk kebutuhan kurban.

“Permintaan kalau Iduladha biasa ada pisau sembelih, parang, juga kapak untuk memotong daging dan tulang. Kadang juga pelanggan lama yang datang Cuma untuk servis,” katanya.

Ya, para pelanggan lama yang sudah membeli dari Juliansyah biasa kerap datang untuk menajamkan atau membetulkan parang atau pisau sembelih mereka. “Jumlah pesanan ini bisa sampai ratusan,” ujarnya.

Dalam pembuatan alat potong tersebut, pelanggan bisa membawa bahan sendiri maupun menggunakan bahan dari Juliansyah. Menurutnya bahan terbaik untuk parang dan pisau adalah besi bearing atau lahar mobil. Karena bahan ini Daya tahannya tinggi dan mudah diasah.

Harganya berkisar antara Rp200 ribu, untuk produk yang hanya ditempa dan digerinda saja. Hingga Rp600 ribu yang dilengkapi gagang hingga sarung. “Ini untuk yang bahan bearing. Bahan lain ada dari per mobil,” katanya.

Namun ia mengaku menolak menggunakan bahan yang tipis seperti pelat. Karena itu tidak layak untuk keperluan kerja berat, bahkan bisa menyulitkan pengguna. Bahan yang digunakan harus baja, sehingga menghasilkan parang yang kuat, tajam dan tahan lama.

Baginya, menempa besi bukan Cuma pekerjaan, tapi jadi warisan keluarga yang mesti dijaga. Ya berharap tradisi tempat tangan seperti ini tetap hidup di tengah arus modernisasi. “Selama saya sanggup akan saya kerjakan. Karena memang di Balikpapan tinggal saya saja yang masih menggunakan cara ini. Karena kalau bukan saya, siapa lagi,” tandasnya. (efa)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Tinggalkan Komentar